...

Belajar Membangun Kesiapsiagaan Gempa dan Tsunami dari Desa Sidomulyo

06 03 2023 Bencana Yayasan Skala Indonesia 0 Likes Bagikan :

Roda mobil melaju pesat di atas Jalur Lintas Selatan (JLS) menuju Desa Sidomulyo Kec. Ngadirejo Kab. Pacitan. Desa ini adalah salah satu desa yang menjadi destinasi perjalan Ekspedisi JawaDwipa. Pada Rabu, 16 November 2022, tim Ekspedisi JawaDwipa menyusuri jejak sejarah gempa dan tsunami di desa ini. Beberapa cerita menarik mengenai desa ini dan juga kisah bencana di masa lalu telah kami kumpulkan.

Sebuah kesempatan langka bagi kami dapat mengunjungi tempat ini dan mengumpulkan pengetahuan mengenai bencana yang dimiliki oleh warganya. Desa Sidomulyo memang memiliki kesiapsiagaan yang baik. Kami bisa melihat rambu-rambu evakuasi dan kelengkapan kesiapsiagaan lainnya. Yang tak kalah menariknya adalah, kami menemukan banyak cerita mengenai bencana. Seperti halnya, cerita banjir yang menerjang desa ini sekitar tahun 1950 yang disebut sebagai peristiwa “angkat wage”. Dahulu masyarakat Desa Sidomulyo tidak mengenal istilah tsunami, tetapi mereka mengenal istilah “pasang grasa/rasa”, kondisi dimana ketinggian air pasang jauh lebih tinggi dibandingkan biasanya.

Desa Sidomulyo juga memiliki banyak tradisi yang secara tidak langsung, itu merupakan sebuah bentuk mitigasi bencana. Salah satunya adalah tradisi bersih dusun, sebuah acara membersihkan area kali kecil yang merupakan sumber air minum masyarakat.

Gambar 1. Penjelajahan menyusuri jejak sejarah gempa dan tsunami di Desa Sidomulyo, (16/11/2022)

Selang sebulan setelah perjalanan kami, ternyata Desa Sidomulyo telah memenuhi 10 indikator sebagai Desa Tangguh Bencana atau Destana. Pada Minggu, (18/12/2022) BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) menyosialisasikan program Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP). IDRIP adalah proyek yang didanai Bank Dunia yang dilaksanakan oleh BNPB dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Tujuan pengembangan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesiapsiagaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta masyarakat terhadap ancaman bencana alam di masa depan.

Dihadapan perwakilan BNPB, Kementerian dan Lembaga seperti para peserta sosialisasi program IDRIP, Kepala Desa Sidomulyo, Agus Sugianto menyampaikan bahwa warga Desa Sidomulyo berkomitmen membangun Desa Tangguh Bencana.

Gambar 2. Launching Program IDRIP di Desa Sidomulyo, (18/12/2022)

Menurut Agus, Desa Sidomulyo sudah melakukan kesiapsiagaan terhadap bencana sejak lama. “Sebenarnya sudah lama kami melakukan kesiapsiagaan, namun masih secara manual. Kami sadar bahwa desa kami berpotensi terjadi bencana yang lumayan besar. Kami sudah lama bentuk Forum PRB (Pengurangan Risiko Bencana) di tingkat desa.” ujar pria berusia 55 tahun ini (23/12/2022).

Program IDRIP dilakukan dengan beberapa tahapan. Ada 10 indikator yang ditetapkan sebagai desa tangguh bencana. Kesepuluh indikator itu di antaranya, pertama penilaian ketangguhan desa secara partisipatif. Kedua, penyusunan peta risiko desa berbasis partisipatif. Ketiga, peringatan dini berbasis komunitas. Keempat, penyusunan rencana evakuasi mandiri. Kelima, pembentukan forum pengurangan risiko bencana (PRB) desa. Keenam, pembentukan dan pengembangan relawan penanggulangan bencana. Ketujuh, membentuk rencana aksi komunitas. Kedelapan membentuk dan mendorong warganya untuk mengikuti inisiasi keluarga tangguh bencana atau katana. Kesembilan, melakukan mitigasi struktural dan nonstruktural. Terakhir, latihan atau simulasi rencana evakuasi. 

Desa Sidomulyo sudah memenuhi kesepuluh indikator tersebut. Dalam proses memenuhi indikator tersebut, pemerintah desa bersama masyarakatnya melakukan kolaborasi aktif untuk PRB dan kemajuan desa. Tak hanya itu, mereka juga banyak dibantu juga oleh beberapa lembaga.

“Seiring dari waktu ke waktu kami melakukan PRB, hingga akhirnya ada lembaga non pemerintah yang ikut aktif membina kami, di antaranya dari DMC Dompet Dhuafa, tentunya kami menyambut baik segala program-program tersebut.” kata Agus.

Banyak sekali kegiatan PRB yang sudah dilakukan di desa ini, tentunya dengan keterlibatan aktif warganya. Di sepanjang bibir pantai, telah ditanami pohon keras untuk mencegah abrasi. Selain itu, edukasi mengenai ancaman bencana juga terus dilakukan kepada anak-anak di bangku sekolah.

Usaha tidak pernah menghianati hasil, begitulah kalimat yang tepat diberikan kepada Desa Sidomulyo. Setiap usaha PRB pasti ada hal baik yang bisa didapatkan. Agus yakin, seluruh desa dengan ancaman bencana yang serupa bisa membangun ketangguhannya dengan kerjasama berbagai pihak.

“Kami berharap kepada seluruh dinas terkait dan lembaga non pemerintah agar tidak berhenti sampai disini. Dengan kerjasama berbagai pihak kami menjadi semakin semangat dan paham sedini mungkin terhadap bencana yang mengancam kami.” kata pria kelahiran Magelang ini.

Terakhir, Agus menularkan semangat kepada seluruh saudara sebangsa dan setanah air yang memiliki potensi bencana yang sama untuk tetap semangat, selalu optimis dan yakin, bahwa segala usaha yang telah dilakukan pasti ada hasilnya.

perjalanan Ekspedisi JawaDwipa memang sudah selesai. Tetapi langkah kami tidak pernah berhenti untuk terus belajar membangun kesiapsiagaan dari manapun, salah satunya belajar dari Desa Sidomulyo. (Tim Ekspedisi JawaDwipa)

 

Sumber : Disasterchannel.co

Comment (0)