...

Tengok Keseruan Launching Buku Ekspedisi Jawadwipa

06 03 2023 Bencana Yayasan Skala Indonesia 0 Likes Bagikan :

Gema suara tepuk tangan memecah kesunyian ruang auditorium Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Kata-kata selamat dan sukses memenuhi isi ruang untuk mengapresiasi tuntasnya kegiatan Ekspedisi JawaDwipa. Kegiatan ini adalah sebuah perjalanan menyusuri jejak sejarah bencana gempa dan tsunami di Jawa Timur telah berakhir di bulan Desember 2022. Perjalanan ini telah berhasil mengumpulkan, menemukan berbagai catatan penting tentang pengetahuan lokal yang tumbuh dan berkembang dalam lingkup kelompok masyarakat.

Setelah menuntaskan berbagai produk literasi bencana dari hasil Ekspedisi JawaDwipa, Yayasan Skala Indonesia mengadakan kegiatan “Peluncuran Buku dan Seminar Nasional Ekspedisi JawaDwipa” pada Selasa, 24 Januari 2023. Rangkaian penjelajahan ekspedisi ini dimulai dari Kab. Pacitan, Blitar, Malang, Lumajang, Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso, Tuban dan Surabaya. Perjalanan ini dilakukan sejak 13 November 2022 hingga 3 Desember 2022. Sementara penulisan buku, pembuatan film dan buku foto sebagai produk Ekspedisi JawaDwipa diproses dalam waktu kurang lebih sebulan lamanya, sehingga acara peluncuran buku bisa terlaksana pada akhir Januari. 

Penelusuran ini dilakukan dengan kerjasama antar berbagai disiplin ilmu mulai dari sejarah, geologi dan lainnya. Banyak temuan menarik yang dipaparkan, di antaranya, temuan peribahasa di wilayah Pacitan “sok mben bakal ono kutuk mangan manggar” yang artinya “suatu saat bakal ada ikan kutuk makan bunga kelapa”. Bila ditelaah lebih lanjut dapat dimungkinkan hal ini bisa terjadi karena banjir atau tsunami. Ada pula temuan koleksi kitab yang berjudul “Waosan Tholodho Sholawat nabi Budoyo Jawi”. Dimana pada halaman 21 bait pertama terdapat kalimat untuk mengajak masyarakat untuk mencari ilmu supaya diselamatkan dari (Bendu dalam teks aslinya) yang bisa diartikan Azab/ bencana.

Banyak pula ditemukan jejak jejak sejarah bencana dalam artefaktual, seperti umpak batu yang tersebar di Malang, Bondowoso dan Banyuwangi. Terdapat kompleks percandian yang ditemukan dalam keadaan hancur pada masa lalu, beberapa di antaranya diduga hancur akibat bencana seperti contoh candi Badut di Malang. Situs Trowulan dan Kumitir yang diduga hancur akibat banjir bandang dan ada pula timbunan lapisan erupsi gunungapi. Temuan batu bata zaman Majapahit di Desa Alas Sumur dan Jebung Kidul di Bondowoso yang tertimbun sedalam 5-7 meter yang diduga tertimbun akibat aktivitas vulkanik Gunung Raung.

Hasil temuan penyusuran jejak sejarah dalam Ekspedisi JawaDwipa yang juga merupakan kerjasama BNPB, Skala dengan dukungan Siapsiaga mengantarkan pada diskusi hangat yang begitu mengasyikan. Para peserta diskusi banyak sekali yang ingin bertanya, penasaran dan ingin tahu lebih mengenai setiap destinasi yang ditelusuri. Canda-tawa pun menghiasi setiap tanya-jawab yang dilakukan. 

Dari sisi lain, perjalanan Ekspedisi JawaDwipa mengungkap beberapa pengetahuan lokal yang tumbuh, berkembang dan tersebar di wilayah Jawa Timur yang tertuang dalam bentuk, tradisi, memori kolektif, toponimi, arsitektural, artefaktual. Namun, banyak di antara kita masih mengesampingkan keberadaan pengetahuan lokal yang ada di masyarakat, bahkan tidak menganggap pengetahuan lokal sebagai sebuah pengetahuan dan juga belum memanfaatkan jejak sejarah dan pengetahuan lokal yang ada untuk membentuk sebuah strategi mitigasi bencana. Seluruh tim Ekspedisi JawaDwipa berharap, keluaran dari kegiatan ini dapat menjadi sebuah terobosan literasi bencana di negara ini. 

Senyum sumringah dari seluruh peserta dalam sesi foto bersama menjadi penutup acara dengan sangat meriah. Kepalan tangan dalam pose “salam tangguh” menjadi pemersatu untuk terus semangat memajukan literasi kebencanaan negeri ini. (Tim Ekspedisi JawaDwipa)

 

Sumber : Disasterchannel.co

Comment (0)