...

SEJARAH GEMPABUMI MERUSAK DI SULAWESI

05 10 2020 Sejarah Saena Sabrina 0 Likes Bagikan :

Tahukah kamu bagaimana Pulau Sulawesi dapat berbentuk huruf K? Pembentukan pulau tersebut ternyata melalui proses tektonik yang rumit. Beberapa ahli menggunakan istilah suture untuk menggambarkan rumitnya tektonik yang terjadi di wilayah Indonesia, termasuk di Pulau Sulawesi ini. Menurut Hall dan Wilson terdapat lima suture di Indonesia akibat tumbukan antara Lempeng Eurasia, Indo–Australian, Pasific dan Laut Philippina, yaitu Suture Sulawesi, Maluku, Sorong, Banda dan Kalimantan. Selain itu, Hall dan Wilson juga mengemukakan bahwa tatanan geologi Sulawesi terbentuk akibat proses tumbukan antara kontinen dan kontinen (Paparan Sunda dan Australia) yang merupakan daerah akresi yang sangat kompleks, tersusun oleh fragmen ofiolit, busur kepulauan dan kontinen. Pembentukan suture Sulawesi diperkirakan terjadi pada Kala Oligosen Akhir dan berlanjut hingga Miosen Awal. Hingga saat ini diperkirakan deformasi tersebut masih berlangsung.

 

Kegiatan tektonik tersebut telah menghasilkan pola struktur geologi di Pulau Sulawesi dan mengaktifkan kembali sesar – sesar yang ada. Aktivitas tektonik tersebut juga mengakibatkan terangkatnya batuan ofiolit di timur Sulawesi, batuan berumur Pra Tersier di Sulawesi bagian barat dan jalur batuan metamorf di Sulawesi bagian tengah. Sementara itu kegiatan tektonik di wilayah Sulawesi Utara lebih banyak dipengaruhi oleh tumbukan ganda antar busur kepulauan yang mengakibatkan terbentuknya Punggungan Mayu di bagian timur Sulawesi utara dan timur Pulau Sangihe – Talaud. Secara umum pola struktur geologi di Pulau Sulawesi berarah barat laut – tenggara, utara – selatan dan barat daya – timur laut. Struktur utama di Pulau Sulawesi adalah Sesar Palu Koro. Sementara itu terdapat beberapa sesar lainnya di wilayah ini, seperti Sesar Matano, Gorontalo, Manado, Poso, Walanae, sesar naik Batui di lengan timur Sulawesi Tengah dan masih banyak lagi. Sesar Palu Koro berarah barat laut – tenggara, membentang dari Teluk Palu lalu melewati lembah Palu, Koro hingga Teluk Bone.

 

Sesar Palu Koro merupakan sesar mendatar mengiri (sinistral strike slip fault) dan tergolong sebagai sesar aktif. Sebagian besar kejadian gempabumi merusak di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah bersumber dari pergerakan sesar ini. Disamping itu terdapat juga sesar aktif lainnya yang pernah mengakibatkan terjadinya gempabumi yang belum teridentifikasi dengan baik oleh para ahli, yaitu di Sulawesi Barat, Gorontalo, Poso, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, dan lain – lain. Gempabumi yang sering terjadi di wilayah Sulawesi Utara dan Kepulauan Sangir – Talaud, pada umumnya berasal dari aktivitas Punggungan Mayu, interaksi ganda antar busur kepulauan serta tunjaman palung Philiphina, seperti gempabumi yang terjadi pada tahun 1936, 1974 dan 1983 yang mengakibatkan bencana di Kepulauan Sangihe – Talaud.

 

Segmen sesar aktif yang terdapat di laut, berpotensi membangkitkan tsunami apabila gempabumi tersebut memiliki magnitude yang besar (umumnya lebih dari 6,5 SR), kedalaman dangkal (umumnya kurang dari 40 km), mekanismenya patahan naik - turun serta terjadi perubahan morfologi secara vertikal atau dislokasi di bawah laut.

 

Jika kita melihat katalog “Gempabumi Merusak di Indonesia Tahun 1612-2014” yang dikeluarkan oleh PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) pada tahun 2014, kejadian gempabumi di Pulau Sulawesi sebenarnya sangat sering terjadi. Bahkan beberapa diantaranya tercatat setiap tahun sekali gempabumi merusak ini terjadi. Akibatnya tidak hanya korban jiwa yang berjatuhan, namun infrastruktur juga banyak yang hancur. Apa yang salah? Bukankah kita harusnya bisa belajar dari pengalaman? Nah, disinilah tantangan bagi kita untuk melatih diri, keluarga dan tetangga sekitar untuk dapat siap siaga dalam menghadapi bencana yang kerap kali terjadi di lingkungan kita. Di artikel selanjutnya kita akan bahas mengenai kesiapsiagaan itu. Stay tune..

 

 

 

Comment (0)