...

Gempa Bumi: Sejarah, Dampak dan Mitigasi

30 09 2021 Lomba Kategori Umum Kurnia Hidayah 0 Likes Bagikan :

Gempa Bumi: Sejarah, Dampak dan Mitigasi

Oleh:

Kurnia Nurul Hidayah, Olivia Ayu Sabrina

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik. Lempeng yang dimaksud adalah lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia, serta Samudera Pasifik. Indonesia juga dikenal sebagai kepulauan yang istimewa (BNPB, t.thn.). Hal inilah yang membuat Indonesia kaya akan sumber daya kebumiannya dan disebut sebagai “jamrud khatulistiwa”. Akan tetapi, terdapat sisi lain yang dimiliki oleh Indonesia dan sudah tidak menjadi sebuah rahasia yaitu Indonesia berada pada The Pasific Ring Fire atau yang lebih dikenal dengan (Cincin Api Pasifik). Julukan tersebut menyebabkan Indonesia memiliki banyak sekali gunung api yang masih aktif dan sering terjadi bencana alam, terutama gempa bumi (Sungkawa, 2016).

Menurut Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (2017, dalam Muttalib, 2019) menjelaskan bahwasanya gempa bumi adalah suatu peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi yang terjadi secara tiba-tiba. Gempa bumi dapat terjadi karena 3 hal, di antaranya gempa bumi yang berasal dari runtuhnya lubang-lubang interior bumi seperti lorong tambang dan lorong gua. Gempa bumi ini diketahui sebagai gempa bumi runtuhan dan jenis ini memiliki getaran yang sangat kecil. Kemudian, gempa bumi yang berasal dari aktivitas gunung api, yaitu akibat adanya pergerakan yang berasal dari magma yang berada di dalam bumi yang naik ke atas lubang. Gempa bumi ini disebut dengan gempa bumi vulkanik dan getaran dari gempa bumi ini memiliki pengaruh yang relatif kecil terhadap penduduk setempat. Terakhir adalah gempa bumi yang berasal dari pelepasan tenaga akibat terjadinya pergeseran sesar atau keelastisan pada lempeng samudra dengan lempeng benua. Gempa bumi ini dikenal sebagai gempa bumi tektonik dan memiliki getaran yang cukup besar (Sungkawa, 2016).

 Pada katalog gempa bumi signifikan dan merusak yang diterbitkan oleh BMKG Republik Indonesia, menjelaskan bahwasanya gempa bumi di Indonesia sudah terjadi sejak tahun 1821 dan mengalami peningkatan dengan lonjakan tertinggi berada pada tahun 2017 yang biasanya per tahun hanya terjadi sebanyak 5000 kali dalam satu tahun. Akan tetapi, pada tahun 2017 menjadi 7000 kali dan bahkan mengalami lonjakan menjadi 11.920 kali pada tahun 2018 (Setiyono, dkk., 2019). Gempa bumi yang baru saja terjadi di masa pandemi COVID-19 ini adalah gempa bumi yang terjadi di daerah Sulawesi Barat, yang terjadi pada tanggal 15 Januari 2021 (Hartono, dkk., 2021)

Dari semua bencana alam gempa bumi yang terjadi di Indonesia, jika kita berfokus pada penjelasan yang diberikan oleh Pan American Health Organization (2006) yang dikutip oleh Widayatun & Fatoni (2013) menjelaskan bahwasanya terdapat 3 faktor yang mempengaruhi banyak atau sedikitnya korban meninggal dan cedera akibat bencana gempa bumi yang terjadi. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu tipe rumah, waktu terjadinya gempa dan kepadatan penduduk. Dari ketiga faktor tersebut, tentu memiliki dampak yang sangat besar di segala aspeknya baik pada aspek ekonomi, kesehatan, pendidikan, maupun sosial. Aspek lainnya yang tidak kalah penting yakni aspek fisik dan psikologis (Allen, 2018).

Dampak yang berakibat terhadap aspek fisik berupa berbagai masalah kesehatan, seperti injuri atau trauma fisik (Hoffman, 2009 dalam Mutianingsih, 2019). Banyaknya jatuh korban jiwa, hilang dan luka-luka. Namun perlu diingat, bahwa tidak hanya aspek fisik saja, namun gempa bumi juga berdampak secara luas baik terhadap kegiatan ekonomi, kerusakan infrastruktur meliputi sarana pelayanan kesehatan dan perumahan, kesulitan mendapatkan sarana air bersih, serta sanitasi yang buruk sehingga dapat memperburuk kondisi dari korban bencana (Parker, 2012).

Guna mengurangi risiko gempa bumi, perlu adanya suatu mitigasi bencana yang dilakukan. Mitigasi bencana alam gempa bumi (MBAGB) adalah suatu langkah awal yang dapat digunakan dalam menekan kerugian dan juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam menghadapi bahaya gempa bumi (Kusumawadi, 2020). Mitigasi bencana ini dapat berupa menyediakan sistem peringatan dini, menambah tanda jalur evakuasi, menyediakan sarana dan prasarana penanggulangan bencana dengan tepat dan lengkap (Febriawati, 2017). Selain itu, mitigasi bencana ini juga bertujuan sebagai salah satu cara beradaptasi. Hal ini sesuai dengan teori Darwin “Survival of the fittest” yang menjelaskan bahwasanya seluruh kehidupan memerlukan adaptasi guna mencapai kelangsungan hidup. Oleh karena itu, adaptasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan persepsi masyarakat yang teraktualisasi dalam sikap dan atau tindakan dalam menghadapi bencana. Sebab, meningkatkan pengetahuan masyarakat pada bencana merupakan suatu cara meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengurangi dan menghindari risiko bencana (Suryanti, 2010).

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Allen, J., Brown, L. M., Alpass, F. M., & Stephens, C. V. (2018). Longitudinal health and disaster impact in older New Zealand adults in the 2010-2011 Canterbury earthquake series. Journal of Gerontological Social Work, 61(7), 701-718. doi:https://doi.org/10.1080/01634372.2018.1494073

BNPB. (t.thn.). Potensi Ancaman Bencana. Dipetik September 18, 2020, dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana: https://bnpb.go.id/potensi-ancaman-bencana.

Febriawati, H., Angraini, W., Ekowati, S., & Astuti, D. (2017, Maret). ANALISIS MANAJEMEN BENCANA GEMPA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.M. YUNUS KOTA BENGKULU. JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT, 8(1).

Hartono, D., Apriyadi, R. K., Winugroho, T., Aprilyanto, Sumantri, S. H., Wilopo, & Islami, H. S. (2021). Analisis Sejarah, Dampak, Dan Penanggulangan Bencana Gempa Bumi Pada Saat Pandemi Covid-19 Di Sulawesi Barat. PENDIPA Journal of Science Education, 5(2), 218-224.

Kusumawadi, M. A., & Sulastri, M. R. (2020, Mei 28). Pelatihan Mitigasi Bencana Gempa Bumi pada siswa SDN 1 Batu Nampar Lombok Timur. Jurnal Pengabdian Masyarakat Sains Indonesia, 2(1), 73-77. doi:https://doi.org/10.29303/jpmsi.v2i1.31

Muttalib, A., & Mashur. (2019, Oktober). Analisis Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Bencana Gempa Bumi Di Kabupaten Lombok Utara (KLU). Jurnal Ilmiah Mandala Education, 5(2).

Parker, M., & Steenkamp, D. (2012). The economic impact of the Canterbury earthquakes. Reserve Bank of New Zealand Bulletin, 13-25.

Setiyono, U., Gunawan, I., Priyobudi, Yatimantoro, T., Imananta, R. T., Ramdhan, M., . . . Kriswinarso, T. (2019). KATALOG GEMPA BUMI SIGNIFIKAN DAN MERUSAK 1821-2018. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Jakarta: Pusat Gempabumi dan tsunami .

Sungkawa, D. (2016). DAMPAK GEMPA BUMI TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP. Jurnal Geografi Gea, 7(1).

Suryanti, E. D., Rahayu, L., & Retnowati, A. (2010). Motivasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Upaya Pengurangan Multirisiko Bencana di Kawasan Kepesisiran Parangtritis dalam Penaksiran Multirisiko Bencana di Wilayah Kepesisiran Parangtritis. Yogyakarta: PSBA UGM.

Widayatun, & Fatoni, Z. (2013). PERMASALAHAN KESEHATAN DALAM KONDISI BENCANA: PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT. Jurnal Kependudukan Indonesia, 8(1).

Comment (0)