...

Petuah Alam antara Ikan dan Bunga Kelapa

06 03 2023 Sejarah Yayasan Skala Indonesia 0 Likes Bagikan :

Mungkin, petuah atau nasihat untuk masa depan bukan hal aneh lagi bagi sebagian masyarakat Indonesia. Terlebih masyarakat kita mampu memperhatikan kondisi alam yang berkaitan dengan kehidupannya. Baik itu perilaku hewan atau tanda-tanda alam sebelum bencana. 

Hal itu juga dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai Grindulu di Pacitan, khususnya masyarakat Desa Sirnoboyo. Sebagian masyarakat mengetahui mengenai petuah, “Sok mben bakal ono kutuk mangan manggar” yang artinya “suatu saat akan ada ikan gabus memakan bunga kelapa.”

Pengartian ini juga tak lepas dari Desa Sirnoboyo yang akrab dengan banjir karena posisi wilayah yang berada di antara sungai Grindulu dan Sungai Jelok, sehingga banjir maupun cerita yang mengiringi selalu hadir setiap musim. 

Analogi itu menjadi menarik saat ketinggian banjir yang melanda wilayah tersebut bisa setinggi pohon kelapa atau setinggi atap rumah warga.

“Banjir bisa sampai setinggi ini,” terang Ketua Kelompok Nelayan Suratno sembari menunjukan jejak banjir di rumahnya.

Ia menambahkan masyarakat memiliki pondasi rumah yang tinggi sebagai bentuk adaptasi masyarakat akan banjir yang terjadi di wilayahnya. 

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Pacitan, desa dengan luas wilayah 163,2 ha ini juga memiliki 11 ancaman bencana, dimana banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi. Selain berada di antara 2 sungai, desa ini juga rata-rata berada di ketinggian 4 meter di atas permukaan laut.

Banjir besar yang pernah terjadi di desa ini antara lain pada tahun 1965, 2005 dan 2017.  Banjir dan longsor November tahun 2017 yang merenggut 20 korban jiwa disebabkan akibat siklon tropis Cempaka.

Adaptasi yang sering dilakukan dalam menghadapi banjir ini pula yang menyebabkan masyarakat menjadi tangguh secara natural. Ketangguhan ini juga direspon pemerintah dengan menjadikan Desa Sirnoboyo menjadi Desa Tangguh Bencana pada tahun 2012.

Petuah berisi ikan gabus dan kembang kelapa ini diutarakan oleh tokoh masyarakat Desa Sirnoboyo Joko Sungkono kepada Tim Ekspedisi JawaDwipa tahun 2022. 

Petuah ini juga dituliskan di perjalanan Ekspedisi Destana Tsunami pada tahun 2019. Namun rujukannya lebih kepada tsunami yang mungkin terjadi di Pacitan. Multi tafsir dalam hal ini bukan hal yang perlu diperdebatkan, karena tutur kata juga latar belakang wilayah dan budaya tentu bisa sangat mempengaruhi. Yang perlu digaris bawahi, masyarakat menerima petuah maupun nasihat apapun dijadikan sebagai salah satu bentuk mitigasi yang baik dalam menghadapi bencana di wilayahnya. 

Seperti dalam kata Sirnoboyo atau sirna dari bahaya, yang mereka jadikan doa agar desa mereka terhindar dari bencana maupun bahaya. (Tim Ekspedisi JawaDwipa)

 

Sumber : Disasterchannel.co

Comment (0)