
Menelisik Jejak Bencana dalam Situs Kumitir
Kerajaan Majapahit begitu tersohor namanya di negara ini. Kerajaan ini berpusat di Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Kerajaan ini pernah menguasai Nusantara, bahkan terkenal di wilayah Asia Tenggara. Besarnya kerajaan Majapahit dibuktikan dengan banyaknya peninggalan artefaktual yang ditemukan di wilayah ini, salah satunya adalah situs Kumitir. Secara administratif, situs Kumitir berada di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto.
Sepuluh pemuda yang tergabung dalam Ekspedisi JawaDwipa menjelajah wilayah situs Kumitir untuk mencari bagian dari jejak bencana yang pernah terjadi di masa lalu. Program Ekspedisi JawaDwipa terselenggara atas dukungan program Siap Siaga dan dukungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPBD).
Situs Kumitir dipilih menjadi destinasi Ekspedisi JawaDwipa karena memiliki bukti-bukti yang mengindikasikan kehancurannya terjadi akibat bencana. Nama Kumitir disebut pula dalam Naskah Negarakertagama, dikatakan bahwa:
Pada tahun Saka kawana-awani-ksithi, (awan-sembilan-bumi/1190/1268 M) Bhatara Wisnu berpulang ke tempat kediaman pada rewa wafat
Beliau dibuatkan candi di Waleri, seupa Siwa, lambangnya Buddha, pertempat di Jajagu,
Segera setelah itu, Bhatara Narasinghamurti juga berpulang ke surga,Tak beberapa lama kemudian, dibuat candi oleh Raja Wengker, berlambang arca Siwa yang utama, bertempat di Kumitir. (Damaika Saktiani, 2015)

Lokasi situs ini tidak jauh dari Kantor Desa Kumitir. Lokasi situs kumitir berdekatan dengan pendopo agung dan candi tikus, namun tidak ada situs Kumitir tidak ada hubungannya dengan kedua situs ini. Situs Kumitir adalah sebuah tempat pendharmaan Mahesacempaka yang dikekelilingi oleh talut. Ukuran dari situs yang ditemukan dengan kemunculan 30% ini ialah panjangnya kurang lebih 312 meter dan lebarnya 250 meter untuk ke dalamannya relatif bisa sampai 3 meter dan sampai 80 centimeter (Aji, 2021).
Lokasi situs Kumitir terletak di area perkampungan warga dan beberapa berada di area pembuatan bata dan di tengah sawah milik warga. Dari situs ini sangat jelas terlihat komplek pegunungan Arjuno-Welirang dan Anjasmoro.

Tak berbeda jauh dengan situs Trowulan, diduga situs Kumitir pun hancur akibat bencana. Namun ada pula yang menduga bahwa Situs Kumitir sengaja dihancurkan karena kerajaan kala itu sudah beragama islam (Aji, 2021). Dugaan terkuat situs ini mengalami kehancuran karena faktor alam. Hal ini dibuktikan dengan adanya temuan-temuan batu-batu besar yang diduga sebagai bukti terjadinya banjir bandang yang menimpa situs tersebut pada masa lalu. Selain itu, tepat di tempat pembuatan bata, dapat terlihat jelas lapisan-lapisan tanah. Terdapat lapisan tuff berwarna abu-abu yang menandakan bahwa situs ini sempat tertutup oleh abu vulkanik.
Mengunjungi situs Kumitir seolah sepuluh pemuda tersebut berada pada ruang waktu di masa lalu. Kehancuraan bangunan dan keberadaan lapisan tuff menjadikan kami bermajinasi betapa dahsyatnya bencana yang terjadi pada masa lalu. (Tim Ekspedisi JawaDwipa)
Sumber : Disasterchannel.co