Desa Sawentar dan Toponimi Jalan Lahar
Hari kedua di Kabupaten Blitar sangatlah mengagumkan. Pada 18 November 2022, Tim Ekspedisi JawaDwipa (EJD) yang merupakan kerjasama BNPB, Skala dengan dukungan Siapsiaga mengunjungi beberapa situs percandian di sekitar Kab. Blitar, salah satu tim ada yang berkunjung ke Candi Penataran, di Desa Penataran Kec. Nglegok, yang lainya mengunjungi Candi Sawentar I dan II di Desa Sawentar, Kec. Kanigoro.
Tim berbincang dengan Yeni, Sekretaris Desa Sawentar. Yeni mengemukakan, pada tahun 2021, wilayah Blitar terdampak gempa besar yang terjadi pada 10 April 2021, akibatnya terdapat 500 bangunan rusak. Beruntungnya tidak ada korban jiwa akibat gempa ini, tetapi kerugian materil yang menimpa warga Desa Sawentar sangat banyak. Pada saat itu, kantor desa menjadi posko bencana dan beberapa rumah yang rusak juga mengungsi di sini.
Bencana lain yang pernah terjadi di desa ini adalah angin kencang yang terjadi sekitar tahun 2017 atau 2018. Peristiwa ini mengakibatkan banyak pohon tumbang yang menimpa beberapa rumah warga.
Dari sekian banyak bencana yang terjadi menimpa desa ini, ada yang benar-benar membekas dan sulit untuk terlupa, satu di antaranya adalah letusan Gunung Kelud. Erupsi gunung Kelud pada tahun 1966 berdampak parah bagi masyarakat desa serta merenggut beberapa korban jiwa.
Berdasarkan data dari Badan Geologi, letusan Gunung Kelud terjadi pada tanggal 26 April 1966 pukul 20.15 WIB. Letusan ini yang menyebabkan terjadinya lahar pada alur K.Badak, K.Putih, K.Ngobo, K.Konto, dan K.Semut. Letusan Gunung Kelud mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, di antaranya 210 orang di daerah Jatilengger dan Atas Kedawung tewas. Letusan ini menghasilkan material piroklastik jatuhan yang tidak terkonsolidasi yang dihasilkan oleh erupsi gunung api (tephra) sekitar 90 juta meter3.
Letusan Gunung Kelud pada tahun 1966 ini meninggalkan berbagai macam jejak, salah satu yang menarik adalah penamaan tempat berdasarkan peristiwa bencana. Ingatan letusan Gunung Kelud pada saat itu membuat warga mengabadikan ruas jalan tempat dimana lahar dingin mengalir dinamai dengan Jalan Lahar. Hingga kini, Jalan Lahar masih menjadi jalan yang sering dilalui oleh warga Desa Sawentar untuk menuju berbagai daerah tujuan mereka.
Tak jauh dari Jalan Lahar, berdiri kompleks percandian yang namanya disamakan dengan nama Desa Sawentar. Terdapat dua candi, candi Sawentar I dan candi Sawentar II, keduanya terletak dalam jarak yang berdekatan. Candi ini juga ditemukan terkubur dalam tanah, diperkirakan terkubur oleh material letusan Gunung Kelud.
Purnawati, Juru Pelihara (Jupel) Candi Sawentar 1 mengatakan bahwa pada letusan 1965 menurut cerita orang tuanya yang juga mantan Jupel, candi ini juga tertutup dengan material abu vulkanik. Bahkan, Purnawati mengingat kejadian letusan Gunung Kelud pada tahun 1991, ia menyaksikan rumahnya tertutupi abu, begitu pula candi ini. Ia juga mengingat bahwa waktu itu semua sekolah diliburkan dalam waktu beberapa hari.
Yeni mengatakan bahwa, pada erupsi Gunung Kelud tahun 1991, sudah dilakukan mitigasi-mitigasi untuk aliran lahar dingin, sehingga jalan lahar masih berfungsi sebagai jalan. Pada letusan tahun 1991, wilayah Desa Sawentar hanya terdampak debu vulkanik saja. Beberapa erupsi yang terjadi, membuat warga belajar dan melakukan tindakan mitigasi. Warga memasang kayu di bagian langit atas rumahnya dengan harapan agar bisa menyelamatkan diri dengan naik ke atas bila terjadi terjangan lahar dingin.
Letusan Gunung Kelud begitu fenomenal dan meninggalkan berbagai macam pengetahuan. Desa Sawentar adalah satu dari sekian banyak desa yang terdampak dari erupsi gunung ini. Masih banyak hal yang ingin ditelusuri, masih banyak pengetahuan yang ingin digali. Oleh sebab itu Ekspedisi JawaDwipa masih terus berlanjut. (Ekspedisi JawaDwipa)
Sumber : Disasterchannel.co