MITIGASI STRUKTURAL BENCANA BANJIR DI BATAVIA TAHUN 1918 – 1919 (STRUCTURAL MITIGATION OF FLOOD DISASTER IN BATAVIA 1918 – 1919)

Pada tahun 1918 pernah terjadi bencana banjir besar di Batavia yang membuat sisi selatan kotanya, yaitu, Weltevreden (sekarang letaknya di sekitar Sawah Besar, Jakarta Pusat) tenggelam. Bencana ini menyebabkan aktivitas masyarakat pemerintahan kota Batavia menjadi lumpuh. Berdasarkan studi Restu Gunawan yang ditulis dalam buku Gagalnya Sistem Kanal, Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa (2010), dalam menangani bencana banjir tersebut Wali Kota Batavia kemudian mengadakan rapat dewan kota. Hasil dari rapat adalah membuat kanal dan pintu air Manggarai untuk mencegah banjir, namun demikian keputusan tersebut mengandung kelemahan. Kelemahan tersebut dikarenakan mitigasi struktural bencana banjir oleh pemerintah kota Batavia hanya melihat dan memperbaiki sistem air di Pintu Air Manggarai saja. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sejarah manajemen bencana banjir dalam bentuk mitigasi struktural yang dilakukan pemerintah Kota Batavia pada tahun 1918-1919. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang tahapannya meliputi heuristik, kritik sumber dan bahan, interpretasi, serta historiografi. Teknik pengumpulan data menggunakan studi arsip yang ada di khazanah Arsip Nasional Republik Indonesia dan studi pustaka berupa literatur yang bersumber dari ensiklopedia, media elektronik, buku- buku, dan karya ilmiah dari berbagai sumber. Hasil dari penelitian ini berupaya menunjukkan bahwa Batavia merupakan daerah dengan dataran rendah yang rentan terhadap banjir. Maka dari itu, proses mitigasi struktural di daerah hulu pun harus dikelola secara terpadu dengan melihat keadaan di Pintu Air Katulampa di daerah Bogor. Kata kunci : Mitigasi, Banjir, Pintu Air, Batavia In 1918 there was a great flood disaster in Batavia which made the south side of the city, namely, Weltevreden (now located in the vicinity of Sawah Besar, Central Jakarta) sink. This disaster caused the activities of the government of the city of Batavia to be paralyzed. Based on Restu Gunawan's study in the book Gagalnya Sistem Kanal, Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa (2010), in handing with the flood disaster, the Mayor of Batavia then held a city council meeting. The result of the meeting was to build a canal and Manggarai floodgate to prevent flooding, however this decision contained weaknesses. This weakness was due to the structural mitigation of the flood disaster by the city government of Batavia only looking at and repairing the water system at the Manggarai floodgate. The purpose of this study is to find out the history of flood disaster management in the form of structural mitigation carried out by the Batavia City government in 1918-1919. This study uses the historical method which stages include heuristics, source and material criticism, interpretation, and historiography. Data collection techniques used archive studies in the National Archives of the Republic of Indonesia and literature studies in the form of literature sourced from encyclopedias, electronic media, books, and scientific works from various sources. The results of this study attempt to show that Batavia is a low-lying area that is prone to flooding. Therefore, the structural mitigation process in the upstream area must also be managed in an integrated manner by looking at the situation at the Katulampa floodgate in the Bogor Region. Key Word : Mitigation, Flood, Floodgate, Batavia

Bagikan :

Jurnal Info

Jurnal Info
LoremIpsum

Tanggal Publikasi
24 August 2021