Artikel

Latest News

Jejak Aliran Lahar Gunung Semeru di Desa Selok Anyar

Mencari jejak bencana seolah tidak ada habisnya. Inilah yang dirasakan oleh kesepuluh pemuda yang sedang melanglang buana menyusuri jejak bencana di Lumajang. Senin, 21 November 2022, kesepuluh pemuda yang tergabung dalam Ekspedisi JawaDwipa menyambangi pantai selatan di Desa Selok Anyar. Kami bertemu dengan staf desa bernama Ridhoi, ia menjelaskan bahwa beberapa kejadian gempa tidak berdampak besar di desa ini. Justru yang membuat kita perlu waspada adalah dampak erupsi Gunung Semeru. 

Gunung Semeru begitu megah menjadi atap Pulau Jawa, berada di wilayah Kab. Lumajang dan Malang. Bagi para pendaki, mencapai puncak Mahameru dengan ketinggian 3676 mdpl adalah tantangan tersendiri. Namun pemandangan yang menyertai perjalanan pendakian adalah bonus tak ternilai. Imajinasi keindahan Gunung Semeru seketika tak terbayang lagi saat erupsi terjadi.

Pada 4 Desember 2021 terjadi Awan Panas Guguran (APG) di Gunung Semeru. APG merupakan karakteristik ancaman khas dari Gunung Semeru, berupa awan panas yang berasal dari ujung aliran lava pada bagian lereng gunung. Pada saat terjadi letusan eksplosif, diikuti oleh aliran awan panas yang mengalir ke lembah-lembah yang lebih rendah dan arah alirannya sesuai dengan bukaan kawah dan lembah-lembah di Gunung Semeru. Arah bukaan kawah Gunung Semeru saat ini mengarah ke arah tenggara atau mengarah ke hulu Besuk Kembar, Besuk Bang, Besuk Kobokan. Erupsi ini mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia dan ribuan orang terpaksa harus mengungsi.

Aliran lahar ini terus mengalir hingga mencapai hilir sungai, salah satunya di pesisir selatan Lumajang. Aliran lahar melewati Jembatan Pandanwangi yang melintasi sungai mujur dan sungai pancing, merupakan bagian dari Jalur Lintas Selatan (JLS). Sebelumnya, banjir lahar di daerah ini pernah terjadi pada tahun delapan puluhan. Berdasarkan data dari badan geologi, sejak tahun 1980 hingga 1989 memang Gunung Semeru mengalami letusan.

Gambar 1. Jembatan Pandanwangi, di bawahnya terdapat dua sungai yang merupakan aliran lahar dari Gunung Semeru

Selain Gunung Semeru, wilayah Lumajang juga dikelilingi oleh gunungapi yang lain, di antaranya Gunung Bromo dan Gunung Lamongan. Berdasarkan pedoman PVMBG, potensi luas bahaya akibat letusan gunungapi di Kabupaten Lumajang tergolong rendah. Berdasarkan Kajian Risiko Bencana Kabupaten Lumajang, potensi bahaya letusan Gunungapi Bromo seluas 0.77Ha yang berada di Kecamatan Senduro. Potensi bahaya letusan Gunungapi Lamongan seluas 2.399,69 Ha yang terbagi di tiga kecamatan berbeda yaitu Klakah, Randuagung, dan Ranuyoso. 

Potensi bahaya letusan gunungapi yang terbesar adalah Gunung Semeru. Luasan wilayah yang berpotensi terdampak seluas 3.998,59Ha yang tersebar di delapan Kecamatan yang berbeda, di antaranya: Candipuro, Jatiroto, Pasirian, Pasrujambe, Pronojiwo, Sumbersuko, Tempeh, dan Tempursari. Berkaitan dengan banjir lahar akibat erupsi Gunung Semeru yang terjadi hingga area pesisir dikarenakan area Jembatan Pandanwangi berada di atas muara Sungai Besuk Tompe yang memiliki hulu di kaki Gunung Semeru. Oleh karena itu, material yang berasal dari Gunung Semeru terbawa oleh Sungai Besuk Tompe hingga ke area pesisir dan terendapkan di muara sungai.

Angin berhembus kencang, mengibarkan pakaian yang dikenakan oleh kesepuluh pemuda yang menapakkan kaki di Jembatan Pandanwangi. Kerumunan kerbau sedang asik berendam di aliran Sungai Besuk Tompe yang tingginya kurang lebih 1 meter. Cerita aliran lahar dari letusan Gunung Semeru pada masa lalu seolah tergambar dalam otak. Beberapa korban banjir lahar, jasadnya melintasi sungai, kemudian bertemu dengan lautan. Erupsi Gunung Semeru memang sebuah peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadi. Tapi dari cerita, pengalaman dan ilmu pengetahuan, kita bisa melakukan tindakan antisipasi menghadapi bencana yang mungkin akan terjadi. (Tim Ekspedisi JawaDwipa)

Sumber : Disasterchannel.co

Tulis Komentar

Comments (0)

Tulis Komentar